Tantrum adalah ledakan emosi yang umumnya terjadi pada anak-anak, terutama balita usia 1-4 tahun. Tantrum sering ditandai dengan menangis keras, berteriak, memukul, menjatuhkan diri ke lantai, atau bahkan melempar barang. Ini adalah cara anak mengekspresikan perasaan frustrasi, marah, atau tidak nyaman ketika mereka belum mampu mengomunikasikan keinginannya dengan kata-kata.

Penyebab tantrum bervariasi, namun umumnya dipicu oleh rasa lelah, lapar, perubahan rutinitas, atau keinginan yang tidak terpenuhi. Selain itu, perkembangan keterampilan bahasa yang belum sempurna sering kali membuat anak merasa sulit menyampaikan apa yang dirasakan atau diinginkan. Akibatnya, mereka melampiaskan emosi dalam bentuk tantrum sebagai respons alami.
Tantrum sebenarnya adalah bagian normal dari perkembangan anak. Ini menjadi momen penting bagi anak untuk belajar mengenali dan mengatur emosinya. Namun, bagi orang tua, menghadapi tantrum bisa menjadi tantangan. Penting untuk memahami bahwa reaksi keras atau hukuman tidak selalu efektif dalam mengatasi tantrum. Sebaliknya, pendekatan tenang dan sabar lebih membantu.

Cara mengatasi tantrum antara lain dengan tetap tenang, mengabaikan perilaku negatif (selama anak tidak membahayakan diri), dan membantu anak memahami emosinya. Orang tua juga bisa mengalihkan perhatian anak ke aktivitas lain atau memberi pelukan yang menenangkan. Penting untuk mengenali pemicu tantrum agar bisa dihindari di masa mendatang, seperti menjaga anak tetap kenyang dan beristirahat cukup.
Dengan waktu, dukungan, dan bimbingan yang tepat, anak akan belajar mengelola emosinya dengan lebih baik. Tantrum bukanlah tanda bahwa anak “nakal”, melainkan bagian dari proses pembelajaran dan tumbuh kembang emosional yang sehat.